GURU DAN SISWA MTsN TIGARAKSA
SAMBUT KUNJUNGAN TIM WORLD EDUCATION
TANGERANG-- Guru dan siswa MTsN Tigaraksa patut berbangga karena berkesempatan dikunjungi oleh Tim World Education International (WEI), Senin (14/12/2015). Para guru, siswa, orang tua siswa berjajar di halaman dengan penuh senyum ceria menyambut Program Officer WEI, Miss Julie Casabianca dengan tampilan marching band Bahana pimpinan Ibu Weni, peringkat ke-6 nasional 2015 lalu.
Ikut serta dalam rombongan WEI, Bapak Edi Haryono dari WE Jakarta, Bapak Rifky Rosyad, Bapak Ahmad Mardiyanto dari USAID Prioritas Banten. Kehadiran tim dalam rangka melihat kemajuan pembelajaran di madrasah ini. Miss Julie langsung terbang dari Boston USA ke Jakarta dan memilih sekolah terdekat dari Jakarta. Sebelum ke MTs, Tim berkunjung ke SDN Campaka 3, Cisoka.
Tim WEI juga mengunjungi stand Perpustakaan MTsN Tigaraksa yang pagi itu sedang mengadakan lomba ringkasan bacaan dari buku mobil keliling Perpustakaan Daerah Kabupaten Tangerang. Titin Sunaesih, kepala perpustakaan tampil menyambut Tim. Miss Julie juga mengunjungi kegiatan Orang Tua Mengajar di kelas 9 oleh Bapak Heri Irawan orang tua Anjani kelas 8.3. dari Lembaga El-Karim. Acara dikoordinasikan oleh Bapak Roni Maryuni Pembina OSIS dalam rangkaian classmeeting.
Tim berkeliling dan berdialog dengan siswa di kelas-kelas. Beberapa karya siswa menarik perhatian Miss Julie. Perwakilan siswa, Ivan Hidayat menjelaskan proses pembelajaran kesebangunan maket MTsN Tigaraksa binaan Bapak Akidin. Juga karya Matematika binaan Ibu Romlah, Ibu Aisah. Ada juga pajangan karya bahasa Inggris binaan Mrs Haryati dan Mrs Nanan Nahriah, bahasa Indonesia binaan Ibu Titin, Ibu Penti, Bapak Suhandi, Bapak Ahmad Hanapiyah. Selain itu, karya siswa mapel IPS binaan Ibu Hermawati dan Bapak Rohmat, IPA binaan Ibu Mulchris, Ibu Kokom, Ibu Ulpah.
Mata pelajaran umum lainnya juga telah menerapkan CTL seperti PKN bapak Opik Hidayat, bapak Ade Suryadi, Penjas Bapak Dadang Somantri, Seni Budaya Bapak Roni Maryuni. Juga karya mapel agama binaan Ibu Oom, Ibu Hj. Siti Multhafiah, Ibu Dedeh, Ibu Aan, Ibu Masdariah, Ibu Siti Suhaemi, Bapak Amas Saepudin, Bapak Muhaemin, Bapak Endang.
Bapak ibu guru ini telah mengikuti pelatihan pembelajaran yang baik dari USAID Prioritas. Pendamping pelatihan adalah tim fasilitator daerah terdiri dari Bapak Girmono, Bapak Yaya Suhaya, Bapak Dulhadi, Ibu Endah Nurani, Bapak Dedi Supriyadi, Bapak Akidin, Ibu Ristin Novita, Ibu Lilla Anita, Ibu Sri Hartati, Ibu Irma Rahmawati, Ibu Hanna Maghfiroh, Bapak Tri Utomo, Bapak Anwar Sadat, dan koordinator kabupaten Ibu Desi Mulyana.
Ditampilkan juga atraksi robotik oleh Faisal Ibrahim Abussalam dan Zidan Wahyu Awaluddin, siswa juara 1 nasional robotik madrasah 2015. Hadir saat itu Ibunda Faisal dan Ibunda Zidan yang turut serta menyukseskan prestasi putranya.
Bapak Mulyadi, selaku kepala madrasah, menyampaikan bahwa kemajuan ini berkat kerja sama seluruh komponen siswa, guru, staf tata usaha, Bapak Nurhifalah dan tim komite, tim USAID Prioritas, berbagai instansi, dan dukungan masyarakat.
Sabtu, 19 Desember 2015
INOVASI PEMBELAJARAN
MENULIS CERPEN BERDASARKAN FOTO
TANGERANG- Menulis cerita pendek berdasarkan foto merupakan inovasi pembelajaran yang dilaksanakan di MTsN Tigaraksa oleh guru bahasa Indonesia, Ahmad Hanapiyah pada Selasa (13/10/2015) yang diikuti siswa kelas sembilan.
TANGERANG- Menulis cerita pendek berdasarkan foto merupakan inovasi pembelajaran yang dilaksanakan di MTsN Tigaraksa oleh guru bahasa Indonesia, Ahmad Hanapiyah pada Selasa (13/10/2015) yang diikuti siswa kelas sembilan.
“Inovasi ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pencarian ide penulisan. Selama ini siswa sering kali berpikir lama untuk mendapatkan ide penulisan. Foto merupakan sumber pembelajaran yang mengandung banyak cerita pengalaman sendiri,” jelas Hanapiyah.
Menurutnya, proses pembelajaran mudah dilakukan. Siswa diminta untuk membawa foto dirinya bersama keluarga, teman dalam suatu kegiatan atau peristiwa. Mereka diberi kesempatan untuk mengamati orang-orang dalam foto, mengingat kejadian, serta konflik yang muncul. Siswa menuliskan hasil pengamatan ke dalam lembar kerja individu yang berisi garis besar ide cerita. Selanjutnya, siswa berpasangan dengan teman sebelahnya untuk curhat (curah pendapat) bergantian tentang isi cerita foto.
“Teknik curhat itu bertujuan untuk menggali dan melatih kelancaran pengungkapan ide,” imbuh guru yang pernah juara menulis cerita rakyat Kabupaten Tangerang 2015 ini. Lanjutnya, siswa menempel foto di kertas hvs berwarna dan mengungkapkan garis besar ide menjadi sebuah cerita pendek. Setelah jadi, siswa bertukar karya untuk membaca dan mengomentari cerpen teman.
Terakhir, lanjut Hanapiyah, secara berkelompok siswa menyatukan lembaran cerpennya ke dalam satu kumpulan cerpen. Hasilnya, didapatkan empat kumpulan cerpen dalam satu kelas. Karya siswa dapat menjadi bahan pembelajaran, bahan bacaan di sudut baca kelas, dipajangkan di perpustakaan atau dipamerkan dalam kegiatan unjuk karya.
“Penerapan pembelajaran menyenangkan ini saya dapatkan dari pelatihan USAID Prioritas,” tutup guru yang menjadi ketua gerakan MTsN Tigaraksa Membaca ini.
(Ahmad Hanapiyah, Guru Bahasa Indonesia MTsN Tigaraksa)
Program Orang Tua Mengajar
PERINGATI HARI GURU:
ORANG TUA MENGAJAR DI SEKOLAH
TANGERANG- Umumnya peringatan Hari Guru diadakan dalam bentuk upacara. Namun, di MTsN Tigaraksa peringatan diadakan dalam bentuk Program Orang Tua Mengajar di kelas (25/11). Orang tua siswa yang ikut serta terdiri dari berbagai profesi seperti perawat, dokter, guru, pegawai BPS, staf Kemenag hingga wartawan. Ada 15 orang tua hadir di kelas.
Peringatan hari guru diawali dengan talkshow pendidikan di lapangan setelah salat duha bersama. Narasumber adalah orang tua siswa yaitu dokter Jauhari, Muti guru MIN Tapos, dan Nurhifalah komite sekolah. Tema yang diangkat pun sederhana yaitu pentingnya sarapan pagi, peran orang tua dalam menyiapkan anak berangkat sekolah, serta peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Selepas talkshow orang tua masuk kelas dan mengajar didampingi bapak ibu guru. Beberapa orang tua tampak telah menyiapkan tayangan presentasi. Tema-tema materi yang disampaikan pun menarik sesuai latar belakang pekerjaan orang tua. Didi Amri dari Puskesmas Balaraja misalnya, mempraktikkan cara pertolongan pertama pada korban kecelakaan. Ayu Cipta, wartawati Tempo hadir membimbing siswa menulis cerita dengan teknik tulisan berpindah tangan.
Setelah praktik pembelajaran, orang tua mengikuti refleksi pembelajaran. Dimulai dari kesan-kesan perwakilan siswa. “Senang dan tertarik karena ada orang tua yang mengajar. Kami belajar dan sharing pengalaman dari ibu bapak orang tua,” cerita Maryam Adelweis kelas 7.1.
Beberapa perwakilan orang tua menyampaikan kesannya. “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru. Baru sekarang kesampaian dengan diberikan kesempatan mengajar. Rasanya, kami ketagihan untuk mengajar kembali ke sini,” ungkap Dadang Akhdiat yang bekerja di Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang.
Menanggapi kesan siswa dan orang tua, Mulyadi menyampaikan, program ini cara madrasah untuk memperkuat silaturahmi dan partisipasi dengan orang tua. Senada dengan pendapat itu, Nurhifalah selaku komite mengatakan, “Pada hakikatnya orang tua adalah madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak. Pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya. Orang tua tidak hadir saat tes masuk sekolah saja, tapi juga dalam proses hingga kelulusan putra-putrinya”, ujar komite yang pernah menjadi peserta terbaik pelatihan peran serta masyarakat, lembaga peningkatan mutu pendidikan USAID Prioritas.
*** Ahmad Hanapiyah, Ketua Program Orang Tua Mengajar
Gerakan Membaca
Gerakan Membaca di Sekolah: Bagaimana Caranya?
oleh Ahmad Hanapiyah
Pembiasaan membaca di berbagai sekolah tentu sudah dirancang dan dibiasakan. Akan lebih kuat gema, gerakan, hasilnya jika diikuti semua komponen: siswa, guru, orang tua, lembaga, instansi, pemangku kepentingan. Dari sekian banyak gerakan, salah satunya dari madrasah di Kabupaten Tangerang: Gerakan MTsN Tigaraksa Membaca yang mencoba menggelorakan pembiasaan selama ini agar menjadi lebih menggema dan berdaya guna. Pertanyaan yang muncul yaitu bagaimana cara pengelolaan gerakan membaca dan bentuk kegiatannya?
Cara pengelolaan disajikan secara bertahap dan berkala. Tahap 1 berupa penyiapan tim, sistem, program, sarana, dan buku dengan melibatkan kerja sama semua komponen: siswa, guru, anggaran sekolah, peran serta orang tua, hingga instansi dan lembaga-lembaga. Penjadwalan kegiatan disesuaikan dengan kalender akademik. Pelaksanaan gerakan membaca ini berkala dua semester dan satu tahun pelajaran.
Tahap 2 berupa pelaksanaan berbagai kegiatan. Pengadaan sudut baca dengan sumber buku dari siswa bekerja sama dengan wali kelas. Pelaksanaan reading time dengan teknik membaca senyap melibatkan partisipasi guru. Pembiasaan membaca di rumah mengikutsertakan partisipasi orang tua. Sistem koordinasi dan pengawasan semua pihak sangat penting dalam merealisasikan program.
Tahap 3 merupakan publikasi dan evaluasi. Publikasi melalui media sosial dan media massa sangat penting dalam mempromosikan rencana pelaksanaan dan hasil kegiatan. Dokumentasi kegiatan dan catatan pelaksanaan sangat penting untuk menjadi dasar evaluasi perubahan dari sebelum dan sesudah kegiatan.
Kegiatan gerakan literasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk seperti yang sudah dan akan dilaksanakan di MTsN Tigaraksa. Bentuknya berupa pemberdayaan perpustakaan berupa pelatihan pustakawan oleh Kemenag, Balai Diklat Keagamaan, Perpusda Kab. Tangerang serta peningkatan sarana perpustakaan; sedekah buku (400 buku dari siswa kls 7 baru, 9 alumni, guru, orang tua), hibah 150 Buku (Prioritas Banten), pinjaman koleksi perpusda 1 semester, 30 sudut baca (di 18 kelas, 12 sudut luar), tadarus dan reading time- membaca senyap (Senin-Kamis, 07.00-07.20), resensi buku, presentasi resensi buku (Jumat, setelah solat duha bersama), penerbitan kumpulan resensi dan cerpen siswa, pembentukan klub baca dan sanggar sastra, pemilihan duta baca, hadiah pembaca terbanyak, kunjungan mobil perpustakaan keliling, membaca senyap kolosal, serta publikasi kegiatan. Ini adalah alternatif bentuk kegiatan yang dapat dimodifikasi sesuai keadaan dan kebutuhan masing-masing madrasah dan sekolah.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan yaitu Launching Gerakan MTsN Tigaraksa Membaca pada 2 Oktober 2015. Kegiatan dilaksanakan dari pukul 07.00-09.00 WIB. Kegiatan dilaksanaan setelah salat duha di lapangan dengan hamparan terpal yang tersaji dari pukul 06.30. Selesai solat duha dan muhadoroh yang rutin dilaksanakan setiap Jumat pagi, para pejabat terkait menyampaikan sambutan dukungan sekaligus meluncurkan gerakan: Kementerian Agama Kabupaten Tangerang, Perpustakaan Kabupaten Tangerang,
Prioritas Banten, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang (DKKT), dan hadir juga Komunitas Baca Tangerang.
Selesai launching, dilanjutkan dengan membaca senyap kolosal. Peserta adalah 730 siswa, guru, serta seluruh pegawai yang membawa buku bacaan dari rumah termasuk juga para tamu undangan. Relaksasi dan peningkatan konsentrasi dilakukan lima menit sebagai persiapan. Membaca senyap dilakukan secara kolosal selama 15 menit. Suasana menjadi hening. Selesai membaca, diadakan kuis yang dipandu langsung oleh kepala madrasah. Para siswa diminta untuk menyampaikan hasil bacaan. Hadiah alat tulis dan tas menarik tersedia dari koperasi siswa, donasi guru, dan saweran spontan dari para pejabat.
Di penutup acara, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang (DKKT), Bapak Trip Umiuki memberikan pencerahan untuk membaca kehidupan melalui pembacaan puisi yang memukau dan pemahaman maknanya. Di launching gerakan ini, ditampilkan juga stand pameran koleksi perpustakaan MTsN Tigaraksa, koleksi buku sumbangan siswa dan guru, serta hibah buku USAID Prioritas Banten yang disajikan dalam bentuk prasmanan buku. Mobil perpustakaan keliling hadir dengan membawa beragam buku bacaan menarik bagi siswa. Hadir juga pihak media dari Tempo dan Wewarah Prioritas.
Gerakan ini tidak terlepas dari dukungan Kantor Kementerian Agama melalui pemberdayaan perpustakaan dan pelatihan pustakawan dari Balai Diklat Keagamaan Jakarta (2011, 2014, 2015), USAID Prioritas melalui pelatihan CTL dan budaya literasi serta hibah buku (2014- saat ini), Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Tangerang melalui pembinaan perpustakaan sekolah dan minat baca siswa (2007-saat ini), Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang melalui program sastra masuk sekolah, undangan sastra Tifa Nusantara (2014- saat ini); Komunitas Baca Kabupaten Tangerang, peran serta orang tua dan masyarakat, tentunya para pendidik sebagai dai pencerah di kelas, berbagai pihak media dengan publikasinya, serta semua pihak dengan dukungan tenaga dan doa.
Hal terpenting lainnya bagi pengelola minat baca di madrasah dan sekolah adalah mengamati model pembinaan minat baca di berbagai sekolah. Penjadwalan membaca "Pak Kumis Membaca" (pagiku kamis membaca) dari SDN 04 Ciruas, terasa menggelitik untuk merangsang siswa membaca. Ada juga sudut baca seperti di sudut sekolah SMPN 3 Tigaraksa, mobil baca pribadi milik Ibu Sri Hartati guru SMPN 1 Cisoka, serta pojok baca, lesehan baca, taman baca yang memanfaatkan tempat-lingkungan sekolah untuk membaca. Karya tulis siswa seperti portofolio resensi, ular baca, tirai baca dapat dipilih untuk mengkreasi karya siswa hasil membaca .
Model gerakan budaya baca di masyarakat sudah banyak dan dapat dijadikan inspirasi bagi sekolah untuk diadaptasikreasikan sesuai dengan kondisi sekolah. Pada September lalu ada peresmian gerakan Indonesia Membaca oleh Menteri Anies Baswedan yang merupakan rancangan Forum Taman Bacaan Masyarakat dengan ketua Dr. Firman Venayaksa dan Jambore Perpustakaan Kabupaten Tangerang oleh Komunitas Baca dan Perpustakaan Kabupaten Tangerang. Pada awal Oktober, di Lebak, ada juga gerakan Lebak Menulis untuk Banten Membaca. Rumah Dunia di Serang yang dikelola oleh Gol A Gong juga telah lama menjadi inspirator dan lokomotif penggerak literasi di Banten yang dapat diadaptasi gerakannya di lingkup sekolah.
Launching gerakan membaca di MTsN Tigaraksa ini adalah bagian gerak bertahap dari pembinaan minat baca siswa. Kali ini, gerak menyasar pada bergeraknya seluruh komponen madrasah dan jejaring literasi untuk menciptakan budaya baca tidak hanya di kelas dan di lingkungan sekolah, tetapi juga di rumah, dan di masyarakat demi peningkatan kualitas membaca, menulis, dan prestasi akademik.
*** Penulis: Ketua Gerakan MTsN Tigaraksa Membaca.
Langganan:
Postingan (Atom)